BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Piutang
Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu
yang penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk Kas selama kegiatan normal perusahaan.
Klaim timbul karena berbagai sebab. misalnya penjualan secara kredit, pemberian
pinjaman kepada karyawan, porsekot dalam kontrak pembelian, porsekot kepada
karyawan, dan lain-lain.
Tidak semua klaim tersebut di sebut sebagai
piutang.Berikut ini beberapa bentuk klaim antara lain klaim terhadap kelebihan
pembayaran pajak, klaim terhadap perusahaan angkutan atas barang-barang yang
rusak atau hilang dalam perjalanan, klaim ganti rugi terhadap perusahaan
asuransi, piutang terhadap pemesan saham, piutang penghasilan yaitu penghasilan
yang sudah terjadi tetapi belum diterima, bunga yang masih harus diterima, sewa
yang masih harus diterima, dan lain-lain.
Berikut adalah lima komponen kunci dari sistem piutang
yang baik:
Ø Verifikasi akun saldo piutang Gunakan dokumen sumber seperti faktur untuk
menjaga keseimbangan akurat.
Ø Mengirim faktur yang akurat dan tepat waktu. Anda tidak akan dibayar sampai Anda mengirim
faktur yang akurat.
Ø Menghasilkan laporan piutang. Ini akan membantu menentukan mana pelanggan
telah lewat jatuh tempo dan membantu Anda melacak batas kredit.
Ø Post faktur dibayar. Sangat penting untuk melacak siapa yang membayar
Anda ketika.
Ø Sesuai dengan catatan Anda. Pelanggan Anda catatan total harus sesuai buku
besar umum dan buku besar sub Anda.
2.2.
Jenis Piutang
Piutang, menurut sumber atau asal terjadinya
dapat dibedakan menjadi :
Ø Piutang Dagang, yaitu tagihan-tagihan yang
timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa.
Ø Piutang Bukan Dagang, yaitu tagihan-tagihan
yang timbul dari transaksi selain penjualan barang atau jasa.
Ø Piutang Pendapatan, yaitu pendapatan yang
sudah terjadi tetapi belum diterima.
Yang akan kita bahas pada materi kali ini adalah
tentang Piutang dagang.
Piutang
dagang (Account Receivables) adalah piutang atau tagihan yang timbul
dari penjualan kredit barang atau jasa dalam suatu perusahaan atau organisasi yang merupakan usaha pokok perusahaan, atau semua
pelanggan untuk barang atau layanan jasa yang disampaikan secara kredit. Angka total akan ditampilkan pada neraca sebagai
aset.
Apabila
suatu perusahaan atau organisasi mempunyai hubungan jual beli dengan suatu
pihak sehingga terdapat piutang dagang dan utang dagang atau utang lainnya,
penulisan dalam neraca tidak boleh dikompensasi, tetapi harus dinyatakan secara
terpisah.
Bila piutang timbul dari penjualan asset
perusahaan, pemberian pinjaman kepada pihak tertentu maka piutang tersebut
tidak termasuk golongan piutang dagang tapi dinamakan piutang non dagang.
Piutang
dagang muncul ketika penjualan terjadi, tetapi perusahaan belum menerima kas.
Besarnya piutang dagang tergantung dari penjualan kredit per periode dan
lamanya periode pengumpulan piutang.
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan atau organisasi
mempunyai penjualan rata-rata sebesar Rp 1 juta per hari, kemudian periode
pengumpulan piutang adalah 30 hari, piutang dagang perusahaan atau organisasi
tersebut saat kondisi sudah mulai stabil adalah Rp 1 juta x 30 hari = Rp 30
juta. Jika kebijakan kredit perusahaan atau organisasi berubah, misalnya
tingkat penjualan kredit dikurangi atau periode pengumpulan piutang dipercepat,
piutang dagang perusahaan tersebut juga akan berubah.
Piutang
Dagang (Account Receivable) biasanya tidak dinyatakan dalam suatu perjanjian
khusus sebagaimana tagihan lainnya. Dengan demikian pelunasan Piutang Dagang
(Account Receivable) kurang terjamin, juga sukar untuk dipindahkan atau
perdijualbelikan.
Piutang
Dagang (Account Receivable) yang diharapkan tertagih dalam jangka waktu satu
tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, akan
tetapi kadang-kadang seluruh Piutang Dagang (Account Receivable)
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu
tertagihnya.
Dalam
kasus demikian jumlah Piutang Dagang (Account Receivable) yang jangka
waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal, harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Masalah-masalah akuntasi
yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi tiga hal, yaitu :
Ø
Pengakuan piutang dagang
Ø
Penilaian piutang dagang
Ø
Pengalihan piutang dagang
Penyajian piutang dalam neraca harus tetap menyajikan
jumlah bruto piutang karena piutang yang tak dapat direalisasikan hanya
berdasarkan taksiran. (Prinsip Akuntansi Indonesia Pasal 9). Harus dipisahkan secara jelas
antara piutang dagang, piutang karyawan dan piutang lainya.
Apabila suatu perusahaan mempunyai hubungan jual beli
dengan suatu pihak, sehingga terdapat piutang dagang dan juga utang dagang atau
utang lainnya, penyajian dalam neraca tidak boleh dikompensasi akan tetapi
harus dinyatakan secara terpisah.
Dalam sistim akuntansi manual, piutang dicatat oleh
bagian khusus yang menangani piutang. Pada sistim akuntansi komputer umumnya
pengembang menyerahkan tugas tersebut kepada komputer sehingga bagian piutang
cukup melakukan verifikasi untuk menjamin validasi catatan yang dilakukan
komputer.
Menurut Prinsip Akuntasi Indonesia, piutang dagang harus dicatat dan
dilaporkan sebesar nilai kas (neto) yang bisa direalisasi yaitu jumlah kas
bersih yang diperkirakan dapat diterima.
Referensi :
- Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
- Kamus Istilah Akuntansi (Dhanny R Cyssco)
2.3. Penilaian Piutang Dagang
Dengan
mencatat piutang pada nilai nominalnya (jumlah jatuh tempo), akuntan menghadapi
masalah penyajian laporan keuangan.
Pelaporan piutang melibatkan :
Ø Klasifikasi
Ø Penilaian di neraca
Ø Pengalihan Piutang Dagang
2.4. Pengalihan Piutang Dagang
Ada beberapa macam pengalihan piutang dagang,
antara lain :
A. Metode penghapusan langsung.
Tidak ada ayat jurnal yang dilakukan sampai suatu perkiraan spesifik secara
pasti telah ditetapkan sebagai tak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat
dengan mengkredit piutang dagang dan mendebet beban piutang tak tertagih.
Metode Penghapusan Langsung mencatat Piutang Tak Tertagih dalam tahun saat
ditentukan bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Pendukung Metode
Penghapusan Langsung menyatakan bahwa kenyataan bukan estimasi, yang harus
dicatat. Metode Penghapusan Langsung secara teoritis mempunyai kekurangan
karena biasanya tidak mencocokkan biaya dengan pendapatan periode bersangkutan,
ataupun menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat
direalisasikan di neraca. Akibatnya, penggunaannya tidak dipandang memadai,
kecuali bila jumlah yang tak tertagih tidak material.
B.
Metode penyisihan
Suatu estimasi dilakukan untuk perkiraan piutang yang tak tertagih dari semua
penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi tersebut
dimasukkan sebagai beban dan pengurangan tak langsung dalam piutang dagang
(melalui suatu kenaikan dalam perkiraan penyisihan) dalam periode saat
penjualan tersebut dicatat.
Metode Penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi dalam
periodeakuntansi saat penjualan kredit dilakukan.Pendukung Metode Penyisihan
yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat dalam periode yang sama
seperti penjualan untuk mendapatkan pencocokkan yang tepat atas beban dan
pendapatan dan untuk mendapatkan nilai pencatatan yang tepat untuk piutang
dagang.
Meskipun
estimasi digunakan, persentase dari piutang yang tidak akan tertagih dapat
diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar sekarang dan analisis atas
saldo yang beredar. Piutang adalah arus masuk kas prospektif, dan kemungkinan penagihannya
harus dipertimbangkan dalam menilai arus masuk ini.
Estimasi ini lazimnya dilakukan atas dasar :
Ø Pendekatan Persentase Penjualan ( Perhitungan
Laba Rugi)
Ø Pendekatan Persentase Piutang (Perhitungan
Neraca)
2.5.
Penentuan tanggal jatuh tempo piutang dagang
Penentuan
tanggal jatuh tempo piutang dagang didasari atas keputusan atau kesepakatan bersama, tapi biasanya ada
disposisi atas piutang dagang. Untuk mempercepat penerimaan kas dari piutang,
pemilik dapat mentransfer piutang ke perusahaan lain untuk mendapatkan uang kas.
Alasan untuk mentransfer piutang ke perusahaan
lain :
Ø Alasan Persaingan.
Ø Pemegang dapat menjual piutang karena uang
ketat dan akses pada kredit normal tidak tersedia, atau terhambat karena mahal.
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung
resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan
agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi
penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.
Menurut Siagian Salim berpendapat bahwa : Semakin besar suatu
perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan
kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang
timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah
memperhitungkan labanya terlalu besar.
Resiko kerugian piutang terdiri
dari beberapa macam yaitu :
Ø Resiko tidak dibayarnya seluruh
tagihan (Piutang) ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang
baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada
langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi
adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga
piutang tidak dapat dikembalikan.
Ø Resiko tidak dibayarnya sebagian
piutang, Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan,
bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari
harga pokok barang yang dijual secara kredit.
Ø Resiko keterlambatan pelunasan
piutang, Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan.
Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus
dibelanjai oleh pinjaman.
Ø Resiko tidak tertanamnya modal
dalam piutang, Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah
sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang
semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak
produktif.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Piutang (receivable) adalah
tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari
penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau
memberikan pinjaman kepada karyawan, member uang muka pada anak perusahaan,
atau penjualan aktiva tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan
perusahaan kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi
kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.
Untuk tujuan pelaporan keuangan,
piutang diklasifikasikan menjadi piutang lancar (jangka pendek) dan piutang
tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, tinggal
mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang
tidak lancar (noncurrent receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan
dalam neraca, baik sebagai piutang dagang atau piutang nondagang.
3.2.
Saran
Sebaiknya kita tidak menganggap bahwa
pencatatan dalam akuntansi itu rumit, tetapi pelajari dulu, maka semua akan
terasa terbiasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Baridwan,
Zaki, (2004), Intermediate Accounting, edisi ke delapan, BPFE, Yogyakarta.
Ø Hartanto
D;Akuntansi Untuk Usahawan; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia;Jakarta,1982
Ø Siagian,Salim;Akuntansi
Lanjutan – Edisi Satu; Lembaga Penerbitan Fakultas Ekoonomi UI,Jakarta;1984
0 komentar:
Posting Komentar